WDTDDDL.
Atas nama content recycle daur ulang konten, saya mengunggah ulang berkas-berkas gambar, dari akun Dribbble milik ‹G O A T› yang lumayan terbengkalai, menuju sebuah subdomain baru, yakni wip.type.dsgn.lv. Pada mulanya, subdomain tersebut berbasis Teletype yang terbukti memiliki prosedur setup yang mudah, dengan jurus ‹set and forget› a la Medium.
Namun seiring waktu ketika saya sudah mencoba menambahkan sejumlah konten, saya mendapati sebuah flaw, yang meskipun minor, namun cukup signifikan untuk use case jenis pemakaian saya. Sejumlah tag yang telah saya sematkan pada masing-masing entri ternyata tidak dapat muncul pada hasil pencarian. Lebih tepatnya, hanya muncul sebagian.
Sistem pencarian Teletype yang memakai metode serupa AJAX—correct me if I’m wrong—membuatnya dapat menampilkan hasil pencarian secara asynchronous alias instan. Namun drawbacknya adalah, tidak dapat menampilkan hasil pencarian secara penuh. Sebagai contoh, dari sepuluh entri dengan tag yang saya cari, hanya lima entri yang muncul pada daftar hasil pencarian. Barangkali ada hubungannya dengan caching, entahlah, namun saya tetap berharap semoga Teletype segera memperbaiki kekurangan mereka di bagian ini, karena enak dibaca dipakai dan perlu.
Singkat cerita, akhirnya saya kembali menambatkan hati ke mantan jujugan yang selalu setia sejak dahulu kala, yakni Tumblr. Satu-satunya kekurangan Tumblr dibanding Teletype adalah ketiadaan fitur kustomisasi permalink. Setelah beberapa lama bimbang memilih salah satu di antara plethora suguhan theme yang tersedia di belantara internet, saya memutuskan untuk menggunakan theme ‹Wallstocker› bikinan bung Kazunori Miura.
Saya sudah rampung memindahkan seluruh konten dari Dribbble ke Tumblr, namun belum selesai dengan kustomisasi CSS, apalagi melaksanakan prosedur tagging pada tiap entri yang seluruhnya berjumlah total seratus delapan puluh enam entri. Namun, cukup sekian dahulu untuk saat ini. Move fast and break things, Zuck said. Just take frequent breaks, I said.
(sua)