Guna (Part III).
Beberapa hari yang lalu tetiba bung Guna mengikuti akun Instagram @sua.ist, tak lama setelah beberapa saat sebelumnya mencibir mengomentari status Whatsapp milik saya yang berupa video promosi salah satu item dari katalog kaus versuaist. Waktu itu, secara sigap, dengan segera, saya membalas komentarnya dengan sebuah emoji, yakni gambar faeces dengan wajah tersenyum nan imut dan lucu, setidaknya begitulah menurut saya.
Bulan telah berganti, namun saya masih menyimpan semangat ‹Lodrapumo› yang membara. Kemunculan kembali figur bung Guna pada sebuah momen yang tak terduga, saya anggap sebagai sebuah firasat tanda untuk lekas menunaikan janji pribadi untuk menuntaskan buram tulisan bagian ketiga tentang dirinya. Sebuah janji yang sudah masuk kategori long overdue, yang telah lama teringkari, sejak beberapa bulan lalu, saat entri ‹Guna (Part II)› diterbitkan.
Seperti halnya dua entri sebelumnya, entri kali ini pula dapat dikategorikan sebagai sebuah tulisan feature mockery, yang membahas soal personal branding seorang Guna di dunia maya, meskipun berupa mockery, setidaknya secara tak langsung masih mempunyai nilai positif sebagai sebuah bentuk contructive criticism kritik yang membangun.
Pada kesempatan kali ini, saya akan membahas soal username dan domain yang kini sedang aktif dipakai oleh bung Guna. Namun, sebelum mengulas domain yang sekarang, izinkan saya untuk sejenak kilas balik dengan mencantumkan domain yang dulu pernah dipakai oleh bung Guna pada zaman baheula. Dahulu kala, dulu sekali, sekitar beberapa tahun yang lalu, seorang Guna muda yang sedang demam gemar blogging dengan keyakinan penuh mendaftarkan sebuah domain relatif panjang yang berbunyi «gunawan sutanto dot net.»
Setelah beberapa lama setia mengabdi, domain yang mengandung nama milik sejuta umat tersebut kini telah dipensiunkan, lalu dilanjutkan masa tugasnya oleh sebuah domain yang relatif sedikit lebih pendek, yakni yang berbunyi «gunawan dot website.» Tak lama kemudian, domain tersebut pun akhirnya kembali dipangkas, lalu digantikan dengan TLD lain dengan jumlah karakter serta ekstensi yang lebih pendek, bunyinya «gunawan dot ai di.»
Selain faktor keringkasan dan nasionalisme, satu hal lain dapat saya tangkap adalah bahwa domain ini adalah sebuah pengukuhan seorang Guna, yang secara implicit ingin menyiratkan bahwa Gunawan yang satu ini adalah Gunawan yang paling utama, the one and only, di seantero nusantara. Sebuah fakta mutlak yang tak terbantahkan bukan? Sebab diantara ribuan atau barangkali jutaan pria bernama Gunawan di Indonesia, hanya Gunawan yang satu ini yang berhasil memiliki nama domain berawalan «gunawan» dan berakhiran «ai di.» Bukan yang lain, not the others.
Tentunya hal tersebut adalah sebuah prestasi dan reputasi yang tiada duanya, namun meskipun demikian, URL yang lumayan pendek tersebut masih belum konsisten dengan personal branding bung Guna, yang hingga kini masih menggunakan username nama pengguna yang berbeda untuk akun Instagramnya, yakni «@gnwnstnt,» yang merupakan kependekan dari nama panjangnya, ditulis tanpa menggunakan huruf vokal sama sekali. Snggh crdk skl ck! Maksud saya, sungguh cerdik sekali cak!
In my humblest opinion, agar lebih cucok dan top markotop, alangkah idealnya jika domain dan username nama pengguna yang dipakai bung Guna dapat lebih seragam, misalkan jika akun Instagramnya diubah lalu disamakan menjadi «@gunawan.id.» Atau barangkali sebaliknya, giliran domain nya yang diubah sehingga menjadi berbunyi «gnwnstnt dot id,» misalnya.
Atau barangkali, sekali lagi, barangkali saja, bung Guna berminat untuk menjadi sedikit playful dengan domain hacking, kemudian mendaftarkan domain-domain yang lumayan ora umum macam yang berbunyi «guna dot one» atau «sutan dot to.» Atau, barangkali juga ingin menekan jumlah karakter hingga seminimal mungkin, misalnya dengan dengan domain yang berbunyi «gnwn dot st,» yang berjumlah tujuh karakter, persis seperti jumlah karakter domain «sua dot ist.»
Meskipun demikian, tentunya saya tidak akan menyarankan untuk bung Guna untuk terlalu lebay dengan mendaftarkan domain nasionalis yang lebih pendek dari empat karakter—minus karakter ekstensi—semisal «gs dot id,» macam domain milik salah situs belanja yang lumayan populer itu, yakni «jd dot id,» yang saya ketahui bahwa biaya pendaftarannya naudzubillah amat sangat berlebihan dan tidak rasional, yakni mencapai ratusan juta rupiah.
Baiklah, entri kali ini sedikit banyak memang hendak saya maksudkan sebagai arsip untuk merekam hikayat pergantian domain bung Guna, juga agar kelak dapat menjadi bukti faktual yang tertulis, bahwa saya adalah salah satu penggemar beliau yang tulen dan fanatik. Sebab, saya yakin hingga kini tidak belum ada orang iseng lain yang peduli dengan topik remeh temeh yang membahas soal daftar pelbagai domain dan mantan domain beliau yang tersebut diatas.
Sedangkan maksud yang kedua adalah, agar ketika orang googling kata kunci «gunawan sutanto,» maka mereka akan tersesat ke halaman ini, alih-alih salah satu halaman dari blog berbasis WordPress yang kini—saat entri ini ditulis—sudah amat sangat jarang dimutakhirkan oleh pemiliknya tersebut. Barangkali bung Guna sudah kehilangan hasrat untuk memproduksi konten berupa tulisan, lalu tak lama lagi beralih memproduksi konten berupa video serupa Youtuber-Youtuber masa kini, dengan topik yang niche namun menjual, yakni komedi mesum macam serial «Nah Ini Dia» yang dulu kerap ia tonton dan jadikan inspirasi ketika masih perjaka.
(sua)