Seorang kawan mengingatkan saya untuk bertoleransi dengan benar, sambil mengernyitkan dahi saya mencoba memahami kata ‹benar› versi yang ia amini.
Saya berkali-kali salah dalam melafalkan kata asphyxiates, hingga beberapa detik kemudian suami saya menimpali «ph dilafalkan sama seperti saat kita mengucap fotografi atau fisika.»
Saat menerima paket diatas, entah mengapa ingatan saya mundur beberapa tahun kebelakang, teringat masa dimana pasangan saya menjadi salah satu mentor program @Tatarupa yang diinisiasi @Kreavi dan Pemkot @Surabaya. Singkat cerita di Surabaya ada banyak UKM-UKM pelbagai bidang yang memiliki varian produk berkualitas.
Bukankah rangkaian aksara linimasa adalah perwakilan lisan dan benakmu? Bukankah tautan yang kau bagikan adalah persetujuanmu? Bukankah masing-masing kita mafhum bahwa segala pertanggung jawaban setia mengiringi baik dini atau nanti? Lalu kenapa tak kau saji dan bagi suatu yang berarti, yang tak menghakimi, yang tak melaknat dan satir menyakiti?
Sebagai seorang proletar idealnya saya mendedikasikan waktu 40 jam per minggu untuk bekerja, namun belakangan ini karena satu dan banyak hal membuat saya menghabiskan lebih dari 48 jam per minggu.